CLINICAL PASTORAL EDUCATION (CPE)
PENDIDIKAN PASTORAL KLINIS
1. Defenisi dan Hakikat CPE
CPE (Clinical Pastoral Education) atau
Pendidikan Pastoral Klinis merupakan suatu pendekatan pada
pendidikan teologi dengan penekanan belajar melalui praktik pelayanan, atau
belajar melalui pengalaman (experiential
learning). Program CPE menggunakan “metode pembelajaran klinis”. Unsur dalam CPE yang pertama-tama
dan terutama adalah pendidikan. Kata “pendidikan” berakar pada kata Latin yang
berarti “membawa keluar”, atau kalau lebih hurufiah “memperluas wawasan”. Kata
“klinis” (dalam CPE) berarti “bertemu dengan orang (-orang) yang dilayani”.
Penekanannya adalah proses pendidikan klinis-praktis, bukan proses pendidikan
yang sifatnya teoritis saja. Di sini jemaat, pasien, keluarga, klien atau
konseli, menjadi guru kita seiring dengan pelayanan kita kepada mereka. Metode
pembelajaran klinis ini fokus pada proses dan dinamika kepedulian serta empati,
belajar bagaimana mengetahui kebutuhan pendampingan, dan belajar bagaimana
memulai intervensi pendampingan pastoral yang efektif bagi jemaat, pasien,
klien atau konseli, dan pada saat yang sama juga berfungsi bagi hamba Tuhan
(konselor) sendiri. Itulah sebabnya CPE ini dikenal juga sebagai “klinik bagi
konseli – klinik bagi konselor”. Upaya untuk menyelidiki apa yang membuat suatu
aksi, aktifitas, atau apa yang membuat seseorang itu terlibat di dalam suatu masalah
emosional disebut dengan “pastoral”, dan inilah yang merupakan
fokus utama dari metode klinis yang dipakai dalam CPE ini. Aksi dan refleksi
perlu dilakukan, yaitu sebuah proses yang berdasar pada pengembangan identitas
pastoral, otoritas pastoral, wawasan pastoral, keterampilan pendampingan dan
konseling pastoral, batas-batas pastoral dan kedewasaan spiritual. Pendekatan
melalui aksi dan refleksi ini membuka jalan bagi upaya untuk menjembatani dan
mengintegrasikan “teologi dan pengalaman”, “teori dan praktik”, “hamba Tuhan
dan jemaat”, “konselor dan konseli”, serta “pendidikan teologis klasik dan
kompetensi dalam melakukan pendampingan pastoral”.
Kita membangun
fokus “pastoral” dengan memberikan peranan bagi pesertanya sebagai “chaplain, pendeta, pendamping spiritual
dan pemimpin rohani”. Melalui pelayanan yang dilakukan dan kemudian berefleksi
atas pelayanan itu, peserta menjadi mengerti dan melakukan klarifikasi atas
nilai-nilai, sikap, dan asumsi yang mereka bawa pada peran pastoral. Jadi,
refleksi ini sangat menolong dalam upaya mengidentifikasi dan mengklarifikasi
siapa kita sebagai pendeta, chaplain,
pelayan, konselor, pemimpin/pembimbing rohani, dan/atau pengelola suatu
komunitas. Fokus pastoral dari CPE secara khusus mengarah pada: refleksi pastoral, pembentukan pastoral dan kompetensi
(kemampuan) pastoral. Selama CPE, peserta tertolong untuk
bertumbuh dan memiliki rasa percaya diri yang positif,memiliki perasaan/pengertian
yang tepat akan kelebihan/kekuatan mereka, demikian juga dengan kelemahan,
otoritas pastoral, identitas pastoral dan perkembangan spiritual mereka.
Pendidikan
pastoral klinis (CPE) adalah pendidikan untuk mengajar pelayanan pastoral untuk
pendeta dan lain-lain. CPE adalah cara utama rumah sakit pelatihan dan pendeta
rumah sakit di Amerika Serikat. CPE merupakan sebuah pengalaman yang
multikultural dan antar agama yang menggunakan pertemuan kementerian kehidupan
nyata siswa untuk meningkatkan pelayanan dan pelayanan pastoral yang diberikan
oleh pengasuh dari semua keyakinan yang berbeda dan latar belakang budaya.[1]
CPE
(Clinical Pastoral Education) atau pendidikan
pastoral klinis menyediakan perjumpaan yang mendalam. Secara umum bagi
orang-orang yang sedang bermasalah dalam hidupnya tentu sulit untuk menjawab
pertanyaan mengenai arti agama bagi mereka. oleh karena itu maka CPE akan
membantu menyoroti kelebihan dan kelemahan pola hubungan seseorang dengan semua
aspek pelayanannya. CPE juga menyediakan kesempatan untuk merumuskan fungsi
professional dan identitas pastoralnya yang unik dalam kerangka profesi jasa
pertolongan lainnya dan dalam tradisinya sebagai orang Kristen. CPE juga
mencakup partisipasi dalam suatu kelompok pertumbuhan yang biasanya sangat
bernilai. Pada umumnya CPE dirumuskan sebagai satu pengalaman belajar yang
paling kaya dari kehidupan mereka. pelayanan klinis ini, baik full-time atau
paruh waktu memang menawarkan kesempatan yang unik namun kompeten dalam
memperkuat pelayanan para pendeta secara menyeluruh.[2]
2. Sejarah CPE
Sejarah awal
CPE berakar pada gerakan pembaharuan pendidikan pada awal abad ke-20 yang dilatarbelakangi oleh gerakan
pembaharuan pendidikan pada permulaan
abad ini yang mulai mempertanyakan nilai-nilai pembelajaran pada waktu itu
yang seolah-olah tanpa manfaat karena sangat lemah dalam hal
implementasi/praktik. Beberapa tokoh yang dikenal sebagai penemu atau pendiri atau penggagas dari
Pendidikan Pastoral Klinis ini ialah Anton Boisen, Richard Cabot, William
Keller and Helen Flanders Dunbar. Tokoh-tokoh seperti John Dewey dalam bidang pendidikan,
Richard Cabot dalam bidang ilmu kedokteran dan William Keller dalam bidang
pendidikan teologi, mengusulkan metode pendidikan yang interaktif – suatu
metode yang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran – dari konsep ke
implementasi dan aplikasi praktis. Gagasan ini kemudian memberikan inspirasi
bagi Anton Boisen yang melaksanakan kegiatan CPE pertama pada tahun 1925. Pada
tahun 1925, Dr Richard Cabot, seorang dokter dan tambahan di Harvard Divinity
School, menerbitkan sebuah artikel dalam Survei Graphic menunjukkan bahwa
setiap calon untuk kementerian menerima pelatihan klinis untuk karya pastoral
mirip dengan pelatihan klinis yang ditawarkan kepada mahasiswa kedokteran.[3] Pada 1930, Pendeta Anton Boisen menempatkan
siswa teologis dalam kontak diawasi dengan pasien di rumah sakit jiwa.[4] Jadi, kegiatan
CPE ini muncul untuk menjawab kebutuhan khusus dalam pendidikan teologi, untuk
menjembatani jurang pemisah antara teori dan praktik.
Praksis
pengawasan pastoral klinis adalah sebuah divisi dari teologi praktis.
Pengawasan pastoral klinis telah berkembang sebagai cabang dari gerakan
pendampingan dan konseling pastoral dimulai oleh pendidikan pastoral klinis
pada tahun 1920. CPE berakar dalam gerakan Emanuel, yang dimulai sekitar peralihan ke abad
20. Awalnya, pelatihan klinis dalam pelayanan difokuskan pada kehidupan
pasien dalam mengembangkan kesehatan psiko-spiritual. Hidup pasien dikenal sebagai
"Dokumen hidup manusia". Kemudian gagasan dokumen manusia yang hidup
juga termasuk narasi supervisees. CPE meminjam banyak pengetahuan dan prinsip dari ilmu-ilmu
sosial dan obat-obatan dengan menggunakan pendekatan studi kasus dalam metode
teologisnya.[5]
Sesudah perang dunia ke-2, porsi
waktu yang dihabiskan para pendeta untuk kegiatan konseling semakin meningkat.
Pada keadaan ini maka kebutuhan untuk mengembangkan program pendidikan untuk
memperlengkapi para pendeta untuk pelayanan koseling semakin terlihat. Beberapa
program khusus yang bergerak dalam bidang peatihan konselor dikembangkan oleh
beberapa lembaga seperti Menninger Clinic di Kansas dan Universitas Katolik di
Washington D.C., dimana beberapa pendeta telah dikirim ke sana. Permintaan
untuk melanjutkan program pendidikan yang berfokus pada kemampuan dan
keterampilan konseling semakin tinggi dan itu digagasi oleh banyak pendeta.
Pada akhir tahun 1960 dan awal 1970-an, pelatihan, standaraisasi dan
sertifikasi CPE diselenggarakan untuk para pendeta.[6]
3. Tujuan dan Manfaat CPE
Tujuan awal dari CPE adalah untuk
memberikan
kesempatan bagi
siswa teologis untuk
mengembangkan
kemampuan pastoral mereka melalui Pengalaman bertemu orang-orang dalam realitas kehidupan
mereka (experience education), khususnya penyakit, baik fisik maupun jiwa. Anton Boisen, penggagas dari gerakan
CPE percaya bahwa
adalah mungkin untuk mempelajari agama pengalaman melalui praktek dari hati ke hati dan mendengarkan penuh perhatian. Ia mendorong murid-muridnya untuk menggunakan
disposisi yang sama bahwa mereka berkeinginan dan berpedoman pada Alkitab ketika
mendengarkan pasien. Anton
Boisen menciptakan istilah
‘dokumen hidup
manusia'.
Dalam hal ini siswa yang mengikuti CPE ini diminta
untuk mendengarkan
pengalaman hidup dari
orang-orang 'dan pemahaman mereka tentang 'Allah yang suci’. Dia percaya
bahwa kegiatan dan pengalaman mendengarkan
ini adalah cara yang signifikan
untuk penyembuhan mereka.
Pada saat ini, di tengah-tengah
dunia Pastoral yang beragam budaya dan agama, maka
kemampuan mereka untuk membedakan dan menanggapi spiritual kebutuhan
orang-orang dari berbagai latar. CPE terus mengajak siswa untuk
merenungkan
dan belajar
dari pengalaman mereka menyediakan perawatan
spiritual. CPE bertujuan untuk mengembangkan kapasitas siswa CPE atau para
pendeta untuk memberikan pelayanan dan perawatan pastoral/spiritual mendasar
bagi orang-orang yang sudah ditutupi penyakit dan kurang mampu mengatasinya. Ini juga akan mengundang para
pendeta untuk tumbuh dalam kesadaran diri dan orang lain. Ini juga akan
memberikan kesempatan kepada para pendeta untuk menilai kapasitas mereka dalam
pekerjaan mereka di bidang ini.[7]
Clinical Pastoral Education ( CPE ) adalah sebuah pengalaman dalam proses
pendidikan yang telah diasah selama beberapa dekade dan tetap responsif
terhadap perkembangan budaya yang memfasilitasi pertumbuhan pastoral . Inti
dari CPE adalah pelayanan dengan sakit, terluka , dan mati, dan belajar dari
pelayanan itu. Siswa CPE belajar melalui refleksi, diskusi, dan evaluasi, dan
mampu mengaplikasikan pembelajaran mereka dalam pengalaman pelayanan di masa
depan.
Fokus pembelajaran di CPE adalah mendapatkan keterampilan baru dan alat
untuk pelayanan sementara mengidentifikasi hadiah dan tujuan bagi pelayanan
tertentu. Dinamika kelompok yang
dilengkapi dengan presentasi dari tim interdisipliner Hopkins agar siswa CPE
untuk membiasakan diri dengan lingkungan perawatan kesehatan, serta ceramah
menggunakan ilmu perilaku dan refleksi teologis. CPE di Johns Hopkins
didasarkan pada teori pembelajaran orang dewasa yang memungkinkan siswa untuk
mengarahkan proses pendidikan. Siswa CPE bekerjasama dengan kelompok sebaya
mereka, pengawas
yang bersertifikat CPE dan pendeta staf untuk mencapai
tujuan.[8]
4. Bentuk CPE
CPE ini dilaksanakan dalam bentuk kelompok (grup) kecil di mana pesertanya
saling mendukung, saling berbagi dan saling memperkaya pengalaman dan
pengetahuan. Setiap peserta tentunya memiliki sumber daya yang kaya untuk
saling belajar dalam kelompok. Ini berarti peserta yang mendaftar di CPE datang
dengan membawa latar belakang kehidupan dan pengalaman pelayanan yang unik.
Peserta juga datang dengan perangkat nilai, sikap dan asumsi yang terbentuk
melalui pengalaman dalam konteks sosial dan budaya yang bisa saja membatasi
atau sebaliknya malah meningkatkan efektifitas pelayanan. CPE sebagai
pengalaman pendidikan berupaya untuk memperluas pandangan kita tentang apa saja
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam diri kita secara personal dan dalam
pelayanan masing-masing. Sebagai peserta yang menghadapi tugas pelayanan, sikap
yang telah dibangun sebelumnya akan “dibebaskan”. Kebebasan ini kadang-kadang
dialami sebagai sesuatu yang menekan, namun sesungguhnya merupakan awal yang
penting untuk memperluas pandangan dan pemahaman kita tentang apa itu pelayanan
dan bagaimana kita bisa melayani dengan lebih baik. Pada akhir program,
diharapkan setiap peserta akan melihat pelayanan dan diri mereka masing-masing
dalam perspektif yang lebih luas.[9]
Clinical Pastoral Education ( CPE ) adalah program pendidikan
dan formasi untuk
pelayanan perawatan pastoral. Metodologi program memanfaatkan aksi/refleksi model pembelajaran. Komponen tindakan memerlukan penyediaan aktual pelayanan pastoral dalam pengaturan pelayanan. Perawatan ini mengakui dan menghadiri untuk kondisi manusia, agama dan spiritual dimensi terutama hidup. Komponen refleksi mensyaratkan eksplorasi pengalaman pelayanan, dinamika kehadiran, dan dimensi teologis dan dimensi spiritual. Proses aksi/refleksi ini merupakan bagian integral dari peserta pemahaman dan pembentukan identitas pastoral mereka dan kompetensi. CPE adalah" Teologi belajar dari dokumen manusia yang hidup " sebagaimana yang dikatakan oleh Anton Boisen. Tujuan dari program ini adalah bahwa peserta akan diakui sebagai tangan pertama pembawa suci dan penyedia khas perawatan spiritual dan pastoral.
pelayanan perawatan pastoral. Metodologi program memanfaatkan aksi/refleksi model pembelajaran. Komponen tindakan memerlukan penyediaan aktual pelayanan pastoral dalam pengaturan pelayanan. Perawatan ini mengakui dan menghadiri untuk kondisi manusia, agama dan spiritual dimensi terutama hidup. Komponen refleksi mensyaratkan eksplorasi pengalaman pelayanan, dinamika kehadiran, dan dimensi teologis dan dimensi spiritual. Proses aksi/refleksi ini merupakan bagian integral dari peserta pemahaman dan pembentukan identitas pastoral mereka dan kompetensi. CPE adalah" Teologi belajar dari dokumen manusia yang hidup " sebagaimana yang dikatakan oleh Anton Boisen. Tujuan dari program ini adalah bahwa peserta akan diakui sebagai tangan pertama pembawa suci dan penyedia khas perawatan spiritual dan pastoral.
5.1.Persyaratan dan penilaian
Sebuah Pengawas Pastoral Klinis atau Clinical Educator
Pastoral (atau bertindak pengawas di
tingkat ini ) berwenang untuk mengkoordinasikan ,
merencanakan dan melakukan program CPE. Pengawas akan mengevaluasi dan mengakreditasi sebuah
penyelesaian yang memuaskan peserta sebuah kelompok CPE. Kelompok terdiri dari
orang-orang yang sebaya dan
tidak kurang dari tiga peserta dan biasanya tidak lebih dari
enam peserta. Dengan rasio setara dengan per group
pengawasan jam (minimal delapan jam untuk setiap peserta tambahan
atas enam), per kelompok dapat ditingkatkan sampai maksimal delapan peserta CPE. Dasar terhadap
proses CPE adalah lingkungan
belajar yang
relasional atau didasarkan pada
suatu hubungan relasi, berdasarkan
pengembangan sara saling kepercayaan, rasa hormat, keterbukaan dan tantangan.
5.2. Waktu yang Diperlukan
Sebuah unit CPE dapat diselesaikan selama minimal sepuluh
minggu atau jangka waktu maksimal empat puluh empat minggu. Kursus co - ordinator harus
memastikan bahwa setiap unit CPE termasuk jumlah minimal 400 jam belajar terawasi dalam pelayanan
pastoral. Ini termasuk:
·
Sepuluh
( 10 ) jam pengawasan individu ;
·
Enam
puluh ( 60 ) jam kelompok pengawasan sebaya ;
·
Dua
ratus ( 200 ) jam dalam penempatan klinis yang setidaknya seratus jam ( 100 ) adalah praktek yang sebenarnya pelayanan pastoral kepada
orang-orang. Praktek yang sebenarnya ialah perawatan pastoral yang terutama terjadi dalam percakapan pastoral
dan keterlibatan dengan individu dan kelompok. Ini juga
termasuk khotbah, melakukan ritual, administrasi dan pendidikan dalam konteks pastoral.
Jam atas dan di atas jam praktek yang sebenarnya mungkin
termasuk penelitian dan persiapan untuk pelayanan dan ibadah pelayanan, pertemuan
interdisipliner, serah terima dan pencatatan statistik;
·
Enam
puluh ( 60 ) jam untuk refleksi pribadi yang ditulis pada pengalaman dan
ditulis
persyaratan kursus.
persyaratan kursus.
Kepada para peserta CPE
diharapkan untuk
meningkatkan kualitasnya yang sesuai dengan standard of Pastoral Care
Foundation (PCF) diwajibkan 10 Minggu secara Internasional. Apabila telah
mengikuti 4 kali dalam 10 Minggu, maka berhak menyandang Sertifikat Chaplain.
Kemudian melanjut lagi ke jenjang Supevisor dengan menghabiskan waktu 2-4 tahun
dengan syarat sudah bergelar S2 dan telah mendapat sertifikat Chaplain. Ini jug
tergantung dari penilaian Supervisor terhadap kandidat Supervisor apakah layak
atau tidak menjadi kandidat Supervisor.
5.3.Sasaran
CPE level 1:
- Pelayanan
actual sebagai pelayan pastoral yang menunjukkan:
-
kemampuan untuk terlibat dalam
pengalaman pribadinya terhadap orang-orang dengan pengalaman yang beragam,
-
kapasitas untuk mendengar dengan penuh
perhatian,
-
kapasitas kemampuan untuk
mempertimbangkan dan turut mengalami dengan berbagai pencapaian terhadap
praktik pastoral
- Pengawasan
reflektif dalam pelayanan, yang menunjukkan:
-
kemampuan untuk mengartikulasi,
mengevaluasi dan merefleksikan dalam bentuk tulisan semua pelayanan dan
dampaknya terhadap pribadi peserta CPE,
-
kapasitas untuk terlibat dalam
percakapan reflektif mengenai pelayanan mereka
-
pertumbuhan ketelitian dan kewaspadaan
terhadap bagaimana asumsi pribadi, sikap, nilai, cerita, kekuatan dan
keterbatasan mempengaruhi perhatian pastoral mereka.
-
kapasitas untuk mengevaluasi hubungan
mereka dengan para staf dalam CPE
-
mempertunjukkan kapasitas mereka untuk
menggunakan model aksi-refleksi dan untuk mengevaluasi perkembangan menuju
tujuan dan sasaran mereka.
-
kemampuan untuk mendengar dan
merefleksikan mengatasi dukungan dan umpan balik yang ditawarkan dalam program
CPE
6.
Tantangan
dalam Praktek CPE
7.
Praktek CPE di HKBP
CPE mulai dikenal dalam HKBP melalui
program UEM (United Evangelical Mission) sejak
tahun 2004. Pada awalnya UEM hanya memperkenalkan CPE kepada anggota-anggota
UEM melalui pengarahan yang dilakukan selama dua minggu. Pada dasarnya waktu
ini masih sangat terlalu singkat sebagaimana yang disampaikan oleh Association for
Supervised Pastoral Education in Australia (ASPEA), waktu yang dibutuhkan ialah
minimal sepuluh minggu atau jangka waktu maksimal
empat puluh empat minggu. Namun kemudian berkembang menjadi 6 Minggu di tahun
yang sama sampai pada tahun 2006. Lalu selanjutnya anggota-anggota UEM
menyepakati untuk dibentuk Badan Pengurus pada tahun 2007 di R.S.Cikini untuk
mengembangkan CPE di tengah-tengah anggota-anggota UEM.
8.
Kesimpulan
Pada hakikatnya, Clinical Pastoral
Education (CPE) atau Pendidikan Pastoral Klinis merupakan sebuah program
pendidikan terhadap para pelayan atau pendeta (chaplain) yang berfokus pada
pelayanan pastoral. Gerakan ini muncul pada awal abad ke-20 yaitu pada tahun
1925 yang digagasi oleh Anton Boisen Richard
Cabot, Philip Guiles, Russell Dicks dan lain-lain. Gerakan pendidikan ini
berorientasi pada pengalaman dimana pengalaman pribadi digunakan untuk lebih
mampu dalam pelayanan pastoral. Pendidikan Pastoral Klinis ini muncul
dilatarbelakangi oleh system pendidikan terutama dalam bidang teologi yang terlihat memiliki jurnag yang sangat dalam
yang memisahkan antara teori dengan implementasinya atau praktiknya. Oleh
karena itu, CPE merupakan perwujudnyataan yang menjembatani antara teori dan
praktek teologi. Selain itu, pada masa itu juga para pendeta dan pelayan gereja
serta orang-orang yang bekerja
dalam pelayanan yang menolong
orang lain, mulai menyadari
betapa pentingnya bahwa seorang Pendeta memiliki keterampilan ekstra di samping
pekerjaan utamanya yaitu berkhotbah dan pekerjaan di lingkup Gereja saja.
Sebagaimana program pendidikan yang umum, Clinical
Pastoral Education (CPE) juga memiliki standar kompetensi yang harus dipenuhi
dan juga pengakreditasian dan sertifikasi sebagai bukti diakuinya kapasitas
para peserta CPE dalam kemampuannya sebagai pelayan pastoral.
Clinical Pastoral ini
dilakukan dalam bentuk kelompok dimana dalam satu kelompok terdiri dari paling
sedikit tiga peserta dan paling banyak enam peserta.
[1] "Frequently Asked Questions about ACPE
Clinical Pastoral Education". The Association
for Clinical Pastoral Education, Inc. See section What is Clinical Pastoral Education?. Retrieved 2011-10-20.
[2]
Lih. Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar
Pendampingan dan Konseling Pastoral,:hlm. 557-558.
[3] Stokoe, Rodney J.R. (2005) [1974], "Clinical
Pastoral Education" (pdf), The Nova Scotia
Medical Bulletin (Reprint) 53 (1): 26–28, ISSN 0029-5094, retrieved 2011-10-20 The reprint is available as part of the project: "Living Human Memories". CASC/ACSS The Canadian Association for Spiritual Care. Retrieved 2011-10-20.
[4] American
Association of Pastoral Counselors/History, diakses pada Selasa, 3 Desember
2013, pukul 09.00 WIB.
[5]
Lih. Thomas St. James O’Connor, Clinical
Pastoral Supervision and Theology of Charles Gerkin, Wilfrid Laurier
University Press, Canada 1998:hlm. 2.
[6]Lih.
Robert J. Wicks, dkk, Clinical Handbook
of Pastoral Counseling, vol.3, Paulist Press, USA 2003:hlm. 8.
[7] https://www.stvincents.com.au/assets/files/pdf/E/Events/2013_CPE_Intro_Brochure_v3.pdf
, diakses pada Selasa, 3 Desember 2013, pukul 09.00 WIB.
[8] http://www.hopkinsmedicine.org/pastoralcare/education/,
diakses pada Selasa, 3 Desember 2013, pukul 09.00 WIB.
[9] http://okagulo.blogspot.com/p/clinical-pastoral-education-cpe.html, diakses pada Selasa, 3 Desember
2013, pukul 09.00 WIB.
[10]
Dikutip dari dokumen ASPEA (Association for Supervised Pastoral Education in
Australia), Standards for Clinical Pastoral Education, Copyright ASPEA Inc.
October 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar