LUKAS
Penulis
Yang berasal dari abad ke-2 M, dalam
tradisi-tradisi yang mengaitkan Injil ketiga dengan seorang yang bernama Lukas.
Kanon Muratoria dan Prakata anti Marcion, pada Injil Lukas, serta Ireneus,
Clemens dari Aleksandria, Origenes dan Tertullianus, dimana semua hal ini
menyebutkan bahwa Lukas dikatakan sebagai penulis dari Injil Lukas ini. Namun
secara ketepatan juga bahwa tradisi-tradisi ini juga tidak dapat dipastikan
kebenarannya[1].
Injil Lukas diperkirakan ditulis oleh Lukas pendamping Paulus itu[2].
Waktu
dan Tempat
Ada yang
mengemukakan pendapat bahwa Lukas menunjukkan pengetahuan tentang jatuhnya
Yerusalem ke tangan orang Roma pada tahun 70 M dalam Lukas 21:5-24, dan jika
hal itu ternyata benar maka kita haruslah menyimpulkan bahwa kitab Injil
tersebut selesai ditulis setelah kejadian itu. namun para ahli lainnya juga
tidak melihat alasan untuk mendukung pendapat ini, dan memberikan waktu yang
lebih awal bagi Injil itu. Sehingga beberapa dari mereka mengatakan bahwa Injil
Lukas ini dituliskan antara tahun 57-60 M. Sehingga kita dapat menyimpulkan
bahwa tidaklah mungkin mudah untuk menentukan kapan Injil Lukas ini dituliskan dan
diselesaikan, sehingga ia memasukkan dalam kitabnya sendiri bahan-bahan dari
Injil Markus.[3]
Tujuan
dan Sumber
Lukas ingin membantu saudara-saudaranya dalam Tuhan yang
bukan Yahudi untuk melacak kembali akar dari Yesus yang historis (dalam injil)
dan untuk mengikuti perkembangan Kristianitas dalam Gereja perdana yang
menyebar dari Yerusalem ke Asia kecil, ke Roma (dalam Kisah Para Rasul) [4].
- Ia khusus menekankan kenyataan
bahwa Yesus adalah juruslamat ilahi dalam arti Universal.
- Lukas menekankan kenyataan
bahwa Yesus adalah juruslamat yang mempunyai kuasa ilahi untuk
menyembuhkan baik nyawa maupun tubuh.
- Menggambarkan lebih banyak atau
betapa seringnya Yesus berdoa.
- Menjelaskan secara terperinci
tentang membela hak wanita
- Memberikan tempat yang penting
dalam perumpamaan Yesus
- Berita tentang sejarah lebih
lengkap dari kitab lainnya.
Tujuan Lukas adalah supaya Teofilus dan orang lain mempunyai
pengetahuan yang benar mengenai Yesus, sehingga ia memulai Injilnya dengan
cerita kelahiran Yesus. Tentu pada waktu Lukas menulis, peristiwa-peristiwa
kehidupan Yesus sudah berlalu.[6] Dari
kata pengantar Injil Lukas di ketahui bahwa alamat yang disapanya adalah
“Teofilus Yang Mulia”.[7] Meskipun tidak
dapat diketahui lagi secara tepat siapa sebenarnya Teofilus yang disapa dengan
sangat hormat ini, namun dapat diketahui bahwa ungkapan itu biasa digunakan
khusus untuk para pejabat tinggi Romawi pada waktu itu. Injil Lukas adalah
salah satu dari Injil sinoptis (sinoptis adalah kata kata sifat dari kata benda
sinopsis). Dan dua Injil sinoptis yang lain adalah Markus dan Matius. Ketiga
Injil sinoptis ini memiliki kesejajaran yang memiliki isi yang tidak persis sama,
namun secara umum ada persamaan yang sangat nyata dalam garis besar.[8]
Dalam Injil Lukas terdapat persamaan hanya terhadap Injil Markus, memiliki
persamaan hanya dengan Matius, dan juga memiliki persamaan dengan keduanya.
Lukas memiliki sumber dari Markus, begitu juga dengan Matius, jadi Markus
berada ditengah yang artinya Markus adalah sumber bagi Lukas dan Matius. Tetapi
sumber Injil Lukas bukan hanya Markus, sumber lainnya adalah sumber “L” dan
“Q”.
Bentuk
Teks dari Lukas
Dalam Kitab
Lukas juga memiliki perumpamaan-perumpaan yang juga terdapat dalam Injil
Matius, dan Markus yang berhubungan dengan aktivitas manusia dan interaksinya
dengan menggunakan gaya bahasa berbentuk cerita. Lukas juga menggunakan gaya
dari pada tradisi Yunani Attic yang tinggi, dan dengan bahasa Yunani Koine,
walaupun pada hakikatnya sumber-sumber bahasa Yunani Koine yang dipakai Lukas
tersebut sangat rendah. Dalam peredaksian kitab Lukas ini juga, Lukas
dipengaruhi oleh Perjanjian Lama yang menggunakan bahasa Yunani, yang dimana
gal tersebut dilatarbelakangi oleh bahasa Aram. Dalam Injil ini juga Lukas
menggunakan vocabulary yang kaya, dimana terbukti dengan 250 kata dalam Injil
Lukas ini. Para ahli berpendapat hal ini didukung dengan latar belakang Lukas
yang merupakan seorang dokter, dan memiliki intelektualitas yang tinggi pula,
sehingga tepatlah bila Injil Lukas ini ditujukan kepada kalangan kerajaan,
ataupun pemerintah.
Ciri
Khas Kitab
Tidak seperti Injil lain, Lukas membuka Injilnya dengan
pendahuluan (1:1-4) untuk menjelaskan mengapa ia menulis Injilnya dan
melanjutkan tulisannya dengan buku kedua yaitu Kisah Para Rasul (lih. Kis.
1:1-2) tentang lahir dan mulai berkembangnya Gereja di luar Palestina. Lukas
sebagai penulis sejarah penyelamatan Allah, memperlihatkan dalam karangannya
tiga tahap rencana Allah dalam sejarah, yaitu: 1. Tahap Israel atau janji dalam
PL. Janji dan rencana Allah itu harus digenapi dan terlaksana (lih. 1:33;
17:25; 22:37; band. Kis. 1; 16; 14:22; 19:21). 2. Tahap Yesus dalam Injil,
Dalam diri dan hidup Yesus, rencana dan janji Allah terpenuhi (lih. 2:49 dan
23:46). Yesus yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap di dunia ini, karena
sejak kecil tidak mendapat tempat di penginapan (2:7), ditolak dari desa-Nya
Nazaret (4:16-30) dan tidak mempunyai tempat untuk membaringkan kepala (9:58),
mengantar manusia ke tanah air baru yaitu ke rumah Bapa. Semua orang diundang
terutama yang menderita karena dihina, tertindas, orang sakit, anak kecil,
wanita, dan penyamun di Salib. Ciri
khas atau karakteristik adalah bahwa Injil Lukas merupakan jilid pertama dari
dua-jilid sejarah mengenai kekristenan mula-mula yang dilanjutkan dalam Kisah
Rasul. Gaya dan jenis bahasa bahasa keduanya merupakan hasil karya satu orang
penulis. Keduanya ditujukan kepada orang yang sama, yakni Teofilus.[9] Gaya bahasa dan susunan tulisan
Lukas mempunyai suatu ciri khusus, yaitu pemakaian hokum dwiganda.[10] Maksudnya adalah bahwa Lukas sering
menduakalian kata-kata dan kalimat-kalimat, menghubungkan dua kata yang saling
melengkapi atau yang merupakan lawan masing-masing, member dua contoh dari
suatu kejadian yang sama, member dua kutipan berturut-turut untuk meneguhkan
sesuatu, menyebutkan nama keduabelas murid itu dua-dua. Ciri khas lain dari
Injil Lukas adalah penitik-beratan bahwa Yesus memperhatikan orang-orang lemah,
miskin dan sesat. Kemungkinan Lukas sendiri terharu hatinya karena kesusahan
dan kesengsaraan yang dilihatnya.
Latar Belakang Sejarah
Dalam
Kitab Lukas ini, Lukas memberikan suatu pemahaman akan Roh dan Gereja, yang dimana
pemahaman pada saat itu pencurahan
daripada Roh, tidak lagi menjadi hanya Roh tersebut yang merupakan awal dari
Eskatos, tetapi awal dari jangka waktu yang sangat panjang, yang memebntuk
kepada pediode daripada gereja tersebut. Karena Roh Allah tidak lagi menjadi
suatu hadiah Eskatologi, tetapi menjadi pengganti dalam penantian akan
keselamatan yang besar. Lukas dalam faktanya menggantikan harapan semula dengan
maksud yang tidak baik secara luas dari bentuk yang berbeda. Lukas menulis injil ini ketika umat di Antiokia
menghadapi keadaan yang tidak wajar. Yaitu tekanan dari gereja di Yerusalem
yang bermaksud meng-Yahudikan mereka. Selama dua puluh atau tiga puluh tahun
sesudah Pentakosta, gereja mengalami ketegangan dan mendambakan kedatangan
Tuhan kedua kalinya.[11]
Dalam
tipe kitab Lukas, para pembaca dipersiapkan untuk mendengarkan perumpamaan
dengan pengantar, yang mengarahkan pembicaraan dengan konteks interpretasi
dalam pelayanan Yesus. Tidak dengan memberikan bentuk geografis, melainkan
dengan tiga pemahaman, pasal pertama Yesus menarik para pemungut cukai dan
pendosa, pasal kedua kaum Farisi dan ahli tafsir menerima dan makan dengan
orang-orang biasa, dan pada pasal ketiga Yesus meresponnya dengan perumpamaan.
Sebelum bergerak kepada perumpamaan itu sendiri, para pembaca akan mengambil
waktu untuk mempertimbangkan kemana dia akan menempatkan dirinya saat menerima
cerita tersebut. Apakah disebelah Yesus, dengan mengikut Yesus, mengalamatkan
perumpamaan ini untuk mengkritik, atau diantara pemahaman kepada Yesus. Kitab
Lukas merupakan kitab yang dipelihara oleh jemaat Kristen mula-mula sebelum
kemudian mendapat peredaksian dari penulis. Hal tersebut dikarenakan status
pengkanonan yang menyetujui mereka pada abad kedua. Hal tersebut dimulai pada
saat kebangkitan dan ekspansi Kristen yang menjadi tema utama dari Kitab Lukas
ini. Kitab Lukas ini juga menjadi volume pertama dari tulisan tersebut (dimana
Kisah Para Rasul merupakan volume 2 dari sang penulis), yang dimulai di
Yerusalem dengan tujuan untuk menyampaikan kelahiran Mesias, dimana sejarah
dimulai pada saat itu, kemudian dengan pembaptisan mesias dari tangan seorang
pelopor. Dan kemudian sampai kepada kematiannya oleh kaum Sanhedrin Yahudi di
ibukota, dan kemudian kebangkitannya yang menjadi jaminan iman dan kepercayaan
kepada para pengikut-Nya. Lukas
memulai penulisannya dari pemerintahan kaisar Romawi dan Gubernur Romawi yang
memerintah pada waktu itu. Jadi pengenalan Romawilah yang pertama-tama
dicantumkan. Lukas tidak terlalu tertarik dengan kehidupan Yesus sebagai
penggenapan nubuat nabi-nabi Yahudi. Lukas mempunyai kebiasaan untuk memberikan
ekuivalen kata-kata Ibrani dalam bahasa Yunani sehingga seorang Yunani dapat
memahaminya. Ia tidak pernah memakai terminologi Yahudi Rabbi kepada Yesus,
tetapi selalu terminologi Yunani yang artinya Tuan.[12]
Sejarah
Konteks
Yudaisme Palestina pada jaman Yesus bukanlah
sebuah agama yang satu dan sama. Meskipun mempunyai iman yang sama terhadap
Yahwe, bangsa Israel dapat dibedakan dalam sejumlah gerakan kerohanian, bahkan
dapat disebut sebagai partai-partai keagamaan. Mereka adalah Kelompok Saduki, Kelompok Politis Golongan Zelot
dan Golongan Eseni. Injil Lukas berbeda dengan Markus yang sejak
awal kitabnya memperkenalkan Yesus sebagai guru yang diikuti beberapa murid
(Mark1:16-20). Lukas terlebih dahulu menggambarkan Yesus sebagai pemberita yang
tidak diikuti oleh siapa-siapa (Luk. 4:14-44). Namun, bersamaan dengan
dimulainya pasal 5, Lukas terus menerus menggambarkan Yesus sebagai orang yang
berkarya aktif di tengah-tengah masyarakat. Pada pasal 5 Lukas focus kepada
kawan sekerja dan para utusan Yesus.
[1] John
Drane, Memahami Perjanjian Baru,
BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099: hlm. 211
[2] Willi
Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru,
BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm.186
[3] John
Drane, Op.Cit., hlm. 213
[4] Jerome Kodell, “lukas” dalam Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta
: Kanisius, 2008), hlm. 116
[5] J. N. Geldenhuys “Lukas” dalam Anggota IKAPI
DKI Jakarta, Ensiklopedi Alkitab masa Kini, Jilid
I. A-L, (Jakarta :
YKBK/OMF, 2007), hlm. 652-653
[6] John
Drane, Op. Cit., hlm. 213.
[7] B.F.
Drewes, Op. Cit., hlm. 255.
[8] B. F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, BPK-Gunung Mulia, Jakarta
2006: hlm. 13-14
[9] John Drane, Op. Cit., hlm. 211.
[10] B.J. Boland, Tafsiran
Alkitab Injil Lukas, BPK-Gunung Mulia, Jakarta: 20038: hlm. 8.
[11] Injil Lukas, hlm. 11-12
[12] B.J Boland, Op.Cit., hlm. 8-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar