"Tangiang ni damang dohot dainang"

"Tangiang ni damang dohot dainang"
Sai diramoti Tuhanta ma hamu among dohot hamu inong, mansai denggan pambahenan muna tu hami angka ianakhon muna on.

Minggu, 21 September 2014

INJIL MATIUS

INJIL MATIUS

Penulis
Tradisi gereja sudah berabad-abad lamanya menunjukkan seseorang selaku pengarang Injil ini, yakni Matius, rasul, bekas pemungut cukai, yang disebut juga Lewi.[1]

Waktu dan Tempat
Jika kita melihat dari anggapan yang menyatakan tentang hubungan Injil dengan Markus, sebagaimana yang telah dipaparkan, maka Injil Matius ini ditulis kemudian daripada Markus, dan sedikit lebih lama. Injil ini ditulis antara tahun 72-85. Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani dan walaupun banyak ungkapan dan adat Yahudi dianggap telah dikenal, namun beberapa kali diberi keterangan. Selain daripada itu Injil ini diutamakan untuk pembaca Yahudi; lagi-lagi Injil inilah yang pertama-tama diterima, jadi mungkin didukung oleh pusat gereja yang penting. Itulah sebabnya pikiran tertuju ke Antiokhia. Tempat penulisannya mungkin di Antiokhia.[2]

Tujuan Kitab
Kitab ini mengaitkan nubuat-nubuat tentang kedatangan Mesias dengan penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus. Seringkali dia mengutip kata-kata para nabi dan mengaitkan dengan oknum yang menjadi pokok kitabnya.[3] Matius menempatkan hubungan Yesus dengan sejarah Israel di bagian awal. Suatu silsilah yang menarik mengenai asal-usul Yesus mulai dari Abraham, nenek moyang bangsa Israel. Dalam narasi selanjutnya ia memperkuat tradisi mengenai Yesus dengan bukti-bukti nubuatan. Jadi, pendeknya Matius ingin membuktikan bahwa hidup Yesus adalah penggenapan harapan Perjanjian Lama akan pengampunan Allah. Jadi tujuan kitab ini yang utama adalah menunjukkan bahwa Yesus adalah akhir dari sejarah dan merupakan penggenapan pekerjaan Allah (Bnd. 1:22-23).

Sejarah Konteks
Keadaan dunia pada abad pertama banyak diisi oleh kejahatan, dosa dan penderitaan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Orang-orang Yahudi tertekan oleh pemerintahan kafir (Roma). Jadi waktu itu ada pertentangan antara keyakinan dan kenyataan.  Pada zaman Yesus dan sesudahnya ada banyak prasangka seolah-olah Allah tidak lagi berbicara dengan roh melalui para nabi.[4] Selain itu disini muncul masalah kekristenan Yahudi: kita perlu menolak bahwa celaan bahwa taurat telah dibatalkan dalam gereja Kristen, tetapi pada saat yang sama perlu juga dibedakan antara Gereja dan Yudaisme. Bahan-bahan Matius lebih ditujukan pada gereja mula-mula, atau dipengaruhi oleh masalah-masalah yang ada dalam perkembangan Gereja muda.[5] Menurut Matius ahli-ahli taurat dan orang Farisi tidak salah karena mempertahankan hukum taurat, tapi masalahnya adalah karena mereka tidak memenuhinya. Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum taurat  atau kitab para nabi melainkan untuk memenuhinya (5:17). Kesimpulan kita pada masa penulisan konteks teks ini ada perdebatan-perdebatan mengenai otoritas dari hukum taurat.[6]

Pembagian
Bahan kitab injil ini disusun sangat rapi dan dibagi-bagi dalam beberapa pokok. Setiap bagian mempunyai suatu gabungan bahan cerita dan pengajaran secara seimbang, sebagai berikut:Cerita Kelahiran (Mat. 1-2) dan kata penutup dari cerita penderitaan dan penyaliban (Mat. 16-18)[7].
- Hukum Baru: Cerita ( Mat. 3-4) dan Pengajaran (Khotbah di Bukit mat. 5-7).
- Pemuridan Kristen: Cerita (Mat. 8:1-9:34) dan Pengajaran (Mat. 9:35-10:42).
- Makna kerajaan: Cerita (Mat. 11-12) dan Pengajaran (Mat. 13:1-52).
- Jemaat: Cerita (Mat. 13:53-17:27) dan Pengajaran (Ketertiban, disiplin, ibadah-Mat. 18).
- Penghakiman: Cerita (Pertentangan di Yerusalem Mat. 19-22) dan Pengajaran (Mengenai kaum Farisi Mat. 23-25).
Tak ada injil lain yang susunannya begitu sistematis: ajaran-ajaran Yesus dikumpulkannya pada beberapa tempat dengan sangat rapi seperti dalam Matius.[8]

Latar Belakang Budaya
Satu hal yang jelas adalah bahwa penerima atau alamat injil ini terdiri dari 2 kelompok yang berlatarbelakang sangat berbeda. Pertama, kelompok yang berlatar belakang Yahudi, dimana kelompok ini selalu menekankan tradisi dan budaya-budaya keyahudian. Mereka sangat kental menekankan keselamatan partikularis (Mat. 10:5-6). Kelompok ini juga sering  bertentangan dengan Kristen non-Yahudi.  Hal ini dapat kita lihat dari penekanan mereka terhadap pelaksanaan Hukum taurat dan tradisi Perjanjian Lama, misalnya sunat sebagai perjanjian keselamatan. Kelompok kedua yang bisa disebutkan adalah kelompok yang berlatarbelakang non-Yahudi tadi dimana mereka lebih netral dan menekankan keselamatan universalis (Mat. 24:14). Maka tidak mengherankan dalam Matius banyak kita temukan bahan tentang itu dimana Yesus meluruskan apa saja yang dimaksudkan Hukum taurat dan adatistiadat nenek moyang  mereka yang sebenarnya.



[1] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2 (ed. A. Simanjuntak), BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 24-25.
[2] W. Graham Scroggie mengatakan dalam bukunya yang berjudul Know Your Bible: A Brief Introduction Volume II, The New Testament, bahwa Injil Matius ditulis di Yudea sekitar tahun 52-56 AD.
[3] Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 2005: hlm. 16.
[4] S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2004: hlm. 341.
[5] Willi Marsxen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 179.
[6] Willi Marsxen, Ibid., hlm. 178-179.
[7] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 216.
[8] M.E. Duyverman, Pembimbing kedalam Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar