INJIL
MATIUS
Penulis
Tradisi
gereja sudah berabad-abad lamanya menunjukkan seseorang selaku pengarang Injil
ini, yakni Matius, rasul, bekas pemungut cukai, yang disebut juga Lewi.[1]
Waktu
dan Tempat
Jika kita melihat dari anggapan yang menyatakan tentang
hubungan Injil dengan Markus, sebagaimana yang telah dipaparkan, maka Injil Matius
ini ditulis kemudian daripada Markus, dan sedikit lebih lama. Injil ini ditulis
antara tahun 72-85. Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani dan walaupun banyak
ungkapan dan adat Yahudi dianggap telah dikenal, namun beberapa kali diberi
keterangan. Selain daripada itu Injil ini diutamakan untuk pembaca Yahudi;
lagi-lagi Injil inilah yang pertama-tama diterima, jadi mungkin didukung oleh
pusat gereja yang penting. Itulah sebabnya pikiran tertuju ke Antiokhia. Tempat
penulisannya mungkin di Antiokhia.[2]
Tujuan
Kitab
Kitab ini
mengaitkan nubuat-nubuat tentang kedatangan Mesias dengan penggenapannya dalam
diri Tuhan Yesus. Seringkali dia mengutip kata-kata para nabi dan mengaitkan
dengan oknum yang menjadi pokok kitabnya.[3] Matius menempatkan hubungan Yesus dengan sejarah Israel di bagian awal.
Suatu silsilah yang menarik mengenai asal-usul Yesus mulai dari Abraham, nenek
moyang bangsa Israel. Dalam narasi selanjutnya ia memperkuat tradisi mengenai
Yesus dengan bukti-bukti nubuatan. Jadi, pendeknya Matius ingin
membuktikan bahwa hidup Yesus adalah penggenapan harapan Perjanjian Lama akan
pengampunan Allah. Jadi tujuan kitab ini yang utama adalah menunjukkan bahwa
Yesus adalah akhir dari sejarah dan merupakan penggenapan pekerjaan Allah (Bnd.
1:22-23).
Sejarah
Konteks
Keadaan dunia pada abad pertama banyak diisi oleh kejahatan, dosa dan
penderitaan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Orang-orang
Yahudi tertekan oleh pemerintahan kafir (Roma). Jadi waktu itu ada pertentangan
antara keyakinan dan kenyataan. Pada
zaman Yesus dan sesudahnya ada banyak prasangka seolah-olah Allah tidak lagi
berbicara dengan roh melalui para nabi.[4] Selain itu
disini muncul masalah kekristenan Yahudi: kita perlu menolak bahwa celaan bahwa
taurat telah dibatalkan dalam gereja Kristen, tetapi pada saat yang sama perlu
juga dibedakan antara Gereja dan Yudaisme. Bahan-bahan Matius lebih ditujukan
pada gereja mula-mula, atau dipengaruhi oleh masalah-masalah yang ada dalam
perkembangan Gereja muda.[5] Menurut
Matius ahli-ahli taurat dan orang Farisi tidak salah karena mempertahankan
hukum taurat, tapi masalahnya adalah karena mereka tidak memenuhinya. Yesus
berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum taurat atau kitab para nabi melainkan untuk
memenuhinya (5:17 ).
Kesimpulan kita pada masa penulisan konteks teks ini ada perdebatan-perdebatan
mengenai otoritas dari hukum taurat.[6]
Pembagian
Bahan
kitab injil ini disusun sangat rapi dan dibagi-bagi dalam beberapa pokok.
Setiap bagian mempunyai suatu gabungan bahan cerita dan pengajaran secara
seimbang, sebagai berikut:Cerita Kelahiran (Mat. 1-2) dan kata penutup dari
cerita penderitaan dan penyaliban (Mat. 16-18)[7].
- Hukum
Baru: Cerita ( Mat. 3-4) dan Pengajaran (Khotbah di Bukit mat. 5-7).
- Pemuridan
Kristen: Cerita (Mat. 8:1-9:34) dan Pengajaran (Mat. 9:35-10:42).
- Makna
kerajaan: Cerita (Mat. 11-12) dan Pengajaran (Mat. 13:1-52).
- Jemaat: Cerita (Mat.
13:53-17:27) dan Pengajaran (Ketertiban, disiplin, ibadah-Mat. 18).
- Penghakiman: Cerita
(Pertentangan di Yerusalem Mat. 19-22) dan Pengajaran (Mengenai kaum Farisi
Mat. 23-25).
Tak ada injil lain yang susunannya begitu sistematis: ajaran-ajaran
Yesus dikumpulkannya pada beberapa tempat dengan sangat rapi seperti dalam
Matius.[8]
Latar
Belakang Budaya
Satu hal yang jelas adalah bahwa penerima atau alamat injil ini terdiri
dari 2 kelompok yang berlatarbelakang sangat berbeda. Pertama, kelompok yang
berlatar belakang Yahudi, dimana kelompok ini selalu menekankan tradisi dan
budaya-budaya keyahudian. Mereka sangat kental menekankan keselamatan
partikularis (Mat. 10:5-6). Kelompok ini juga sering bertentangan dengan Kristen non-Yahudi. Hal ini dapat kita lihat dari penekanan
mereka terhadap pelaksanaan Hukum taurat dan tradisi Perjanjian Lama, misalnya
sunat sebagai perjanjian keselamatan. Kelompok kedua yang bisa disebutkan
adalah kelompok yang berlatarbelakang non-Yahudi tadi dimana mereka lebih
netral dan menekankan keselamatan universalis (Mat. 24:14). Maka tidak
mengherankan dalam Matius banyak kita temukan bahan tentang itu dimana Yesus
meluruskan apa saja yang dimaksudkan Hukum taurat dan adatistiadat nenek
moyang mereka yang sebenarnya.
[1] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2 (ed. A. Simanjuntak), BPK-Gunung Mulia,
Jakarta 2007: hlm. 24-25.
[2] W. Graham Scroggie mengatakan dalam bukunya
yang berjudul Know Your Bible: A Brief Introduction Volume II, The New Testament,
bahwa Injil Matius ditulis di Yudea sekitar tahun 52-56 AD.
[3] Walter M. Dunnett, Pengantar
Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 2005: hlm. 16.
[4] S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2004: hlm. 341.
[5] Willi Marsxen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 179.
[6] Willi Marsxen, Ibid., hlm. 178-179.
[7] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 216.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar