INJIL MARKUS
Penulis
Berdasarkan tradisi gerejalah yang mengatakan penulis dari kitab injil
Markus ini adalah Yohanes Markus.[1] Namun, ternyata ada juga pendapat yang
menolak penulis kitab Markus adalah
Yohanes Markus dengan mengatakan bahwa tidak mungkin Yohanes Markus sebagai
penulis yang sebenarnya dari kitab ini. Dalam buku memahami
Perjanjian Baru, tidaklah mungkin seorang biasa dalam PB dikaitkan dengan
penulisan kitab ini. Hal itu ditinjau atas dasar bahwa dia tidak hidup pada
zaman itu, juga hal ini ditentang berdasarkan tokoh-tokoh jemaat mula-mula.[2] Sehingga dapat dikatakan bahwa penulis dari kitab markus
adalah Yohanes Markus yang disebut dengan markus, berdasarkan kabar tertua mengenai penulis diperoleh dari
Papias, melalui Eusebius, beginilah catatannya, “Markus, juru bahasa Petrus,
menuliskan dengan teliti, tetapi tidak dengan menurut urutannya, karena dapat dikatakan bahwa Markus tidak langsung mendengar
dari Tuhan dan tidak mengikuti Dia, tetapi dia hanya mendengar dan mengikuti
Petrus berdasarkan perkataan Tuhan”.[3] Dikatakan juga
berdasarkan tradisi bahwa penulis kitab ini adalah Yohanes Markus dalam 1
Petrus 5 : 13.[4] Penulis Markus berasal dari sebuah
keluarga yang kaya, karena ibunya memiliki rumah dan budak dan rumahnya
merupakan pusat jemaat Kristen di Yerusalem (Kis 12:12). Menurut tradisi jemaat
purba, pengarang Injil Markus adalah Yohanes Markus dan juga berdasarkan nats
berikut ini: Kis 12:25; 13:5,13; 15:37-39 dan Kol 4:10. Hayes, mengatakan
Markus adalah seorang anak yang sangat manja dari seorang janda yang kaya.
Barnabas, saudara sepupunya kemungkinan juga seorang yang kaya karena ia
menjual ladangnya dan memberikannya kepada rasul-rasul. Markus rupanya
dibesarkan di dalam lingkungan yang menggabungkan kebudayaan dan agama. Ia
mulai melakukan penginjilan melalui Barnabas, setelah perjalanannya ke
Yerusalem bersama Paulus. Ketika Paulus dan Barnabas melakukan misinya yang
pertama, markus ikut bersama mereka sebagai murid yang membantu.
Tempat
dan Waktu
Banyak para ahli Perjanjian Baru
menerima Markus sebagai penginjil, tetapi ada juga yang meragukannya. Beberapa
ahli mengatakan Injil Markus itu disusun di kota Roma, mereka menunjuk antara
lain kepada Markus 12:42, dimana kita baca dua
peser, yang istilah hanya dimengerti di kota Roma. Ada yang mengatakan
injil ini ditulis sebelum hancurnya Yerusalem tahun 70M. Injil Markus
dialamatkan kepada orang-orang kafir di Roma. Markus adalah juga seorang ahli
bahasa dan sangat memahami Perjanjian Lama sebab banyak menggunakan istila
bahasa latin misalnya: Mark 1:42; 12:14; 15:39; 15:36.[5] Untuk waktu penulisan kitab ini, tidaklah
mudah dalam menetapkannya. Hal itu disebabkan berbagai alasan:[6]
Ø “Adanya pertentangan yang terjadi antara
bapak-bapak gereja kita dahulunya. Pertentangannya yaitu Clemens dari
Aleksandria mengatakan bahwa markus menulis kitab injil berdasarkan pendiktean
Petrus, sedangkan Ireneus berkata bahwa kitab injil ditulis setelah kematian
Petrus maupun Paulus”.
Ø “Adanya praduga atau perkiraan tentang kesengsaraan
dan penganiayaan yang sering disebut dalam injil Markus menyatakan pada masa
itu merupakan masa yang sulit bagi pembacanya dimana para pembacanya sedang
ditindas oleh karena iman mereka kepada Kristus.
Waktu penulisan dari kitab ini sekitar tahun
67-69 M. Atau dengan penjelasan yang lainnya kita
juga akan menemukan waktu penulisan dari injil itu sendiri kita tidak memperoleh
keterangan, kecuali yang berikut ini mungkin dapat dipakai sebagai pegangan,
yaitu pembinasaan kota Yerusalem dipandang selaku hal yang masih akan terjadi.
Hal penulisan Injil ini dikatakan pada tahun yang
demikian dengan alasan tertentu. Alasannya ditinjau dari kematian
Petrus, kita ketahui bahwa Petrus meninggal diantara tahun 64-70 M.[7]
Tujuan
Penulisan
Menurut
Markus sendiri bahwa Yesus tidak dapat mengerjakan perbuatan-perbuatan besar di
Nazaret, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dimana kisah itu berakhir
dengan rasa heran Yesus akan ketidakpercayaan orang-orang sekampung halamanNya.
Hal ini merupakan bahwa Yesus yang bersifat sangat manusia yang mengalami
penolakan sebagaimana semua orang dengan cara tertentu pasti pernah mengalami.[8]
Beberapa tema yang terkandung di dalam Injil Markus ini, yaitu:
·
Ternyata dapat kita temukan adanya kisah
sebelum Markus yang disebut sebagai pra Markus, yaitu tentang berita kisah
sengsara bahwa kisah sengsara Yesus mempunyai maksud yang sama dengan Injil
Markus secara keseluruhan.[9]
·
Dalam Injil Markus memiliki gagasan yang
berhubungan dengan euangelion, bahwa apa yang dilakukan oleh setiap orang
merupakan hanya untuk Injil karena Yesus sendiri merupakan isi Injil dan karena
Injillah yang menghadirkan Yesus.[10]
·
Dapat
dikatakan bahwa Galilea merupakan tempat yang menjadi acuan Injil Markus,
dimana Yesus melayani.[11] Injil Markus ini memiliki hubungan dengan Petrus
yang mana telah disinggung dalam tradisi-tradisi Purba, sehingga penulis injil
Markus ini berkeinginan untuk memelihara cerita-cerita Petrus sebagai kesaksian
yang langgeng bagi jemaat.
Injil Markus ini juga
ditulis dengan tujuan untuk mengingat suatu situasi khusus sejumlah aspek yang
menonjol dan khusus tentang potret Yesus di dalam Injil Markus.[12] Injil Markus ini merupakan ralat terhadap gagasan
dari banyak orang Kristen yang merasa sulit untuk menyesuaikan keyakinan
tentang keilahian Yesus dengan kenyataan bahwa Ia juga sebagai manusia
sepenuhnya. Mereka menyatakan bahwa Kristus yang ilahi itu hanya datang ke
dalam Yesus yang manusiawi pada waktu baptisanNya dan telah meninggalkanNya
pada waktu sebelum penyaliban. Orang yang berpandangan seperti ini dapat
dikatakan sebagai dosetis, sebab
mereka beranggapan bahwa Yesus hanya kelihatan sebagai manusia (dari kata kerja
Yunani dokeo=menyerupai).[13]
Pada "Penderitaan
Mesias" merupakan pusat penggambaran Markus tentang Yesus, teologi dan
struktur Injil. Pengetahuan ini tersembunyi dan hanya orang-orang dengan
wawasan spiritual dapat melihat. Konsep pengetahuan tersembunyi mungkin telah
menjadi dasar dari Injil
Gnostik .[14] John Killinger, dengan alasan bahwa,
dalam Markus, rekening
kebangkitan yang tersembunyi di seluruh Injil daripada di akhir, berspekulasi
bahwa penulis Markus mungkin dirinya telah seorang Gnostik Kristen.
Injil Markus ini berisikan beberapa teologi yaitu suatu teologi keselamatan, teologi pemberitaan, serta teologi penebusan, Kelahiran Yesus yang
sudah diceritakan mulai dari awal yang menyatakan suatu penyelamatan serta akan
semakin hebat pemberitaannya. Yesus diceritakan sebagai penyelamat umat
manusia dari segala dosa yang tidak terbatas bagi setiap kehidupan. Markus juga
bertujuan agar setiap pembaca mengerti akan setiap pengorbanan yang telah
diberikan oleh Yesus melalui kematian-Nya di kayu salib, hendaklah kita mampu
untuk menjadi yang terbaik bagi sesama kita, dengan hati yang tulus tanpa
mengharapkan imbalan sedikitpun. Kelahiran manusia merupakan suatu gambaran
kelahiran yang baru yang mana telah diberikan oleh Allah sebagai wujud dari
Firman Allah karena Allah merupakan berkuasa serta pemberi keselamatan atas
ciptaanNya.[15]
Penerima
dan Pembaca
Secara umum, injil Markus ditulis di Roma,
umtuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat di kota tersebut. Irenius dan
Clements setuju bahwa kitab itu ditulis
di Roma. Kitab injil Markus ditulis bagi para pembaca bukan Yahudi.[16] Menurut
Bruce Injil Markus awalnya dituliskan untuk masyarakat Kristen di kota
Roma pada awal tahun enam puluh abad pertama akan tetapi Injil Markus ini cepat
beredar luas di seluruh Gereja.[17]
Ungkapan-ungkapan bahasa
Aram yang digunakan seperti talita kum
atau efata (Mrk. 5:41; 7:34)
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani demi kepentingan para pembaca Markus.
Kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi juga diterangkan sedemikan rupa sehingga
member kesan bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak dikenal (Mrk.7:3-4).
Selanjutnya ada sejumlah istilah teknis bahasa Latin dalam Injil Markus ini
(4:21; 12:42; 14:65; 15:19) yang member kesan bahwa kitab Injil tersebut
berasal dari suatu bagian kekaisaran Roma di mana dipakai bahasa Latin.[18]
Pembagian
Injil Markus
“Adapun pembagian dan
susunan penulisan dari kitab Markus adalah sebagai berikut:
Ø
1:1-13 :Pendahuluan
yang berisikan pekerjaan Yohanes Pembabtis, pembabtisan Yesus, dan pencobaan di
padang gurun.
Ø
1:15-45 :Panggilan
murid-murid yang pertama dan peristiwa Sabat di Kapernaum.
Ø 2:1-38 :Awal
penentangan terhadap Yesus.
Ø 3:1-35 :Pengutusan
ke 12 murid dan penentangan terhadap Yesus.
Ø 4:1-35 :Perumpamaan-perumpamaan
Yesus
Ø
5:1-43 :
Penampakan karya dan kuasa Yesus.
Ø 6:1-30 :Penolakan
Yesus di Nazaret dan pengutusan ke-12 murid.
Ø 7:1-37 :Perselisihan
paham tentang adat-istiadat Yahudi.
Ø 8:1-31 :Penderitaan
dan kematian Yesus
Ø
9:1-50 :Teguran
dan peringatan terhadap orang Yahudi.
Ø 10:1-52 :Perjalanan
Yesus menuju Yerusalem.
Ø 11:1-33 :Awal
peristiwa-peristiwa di Yerusalem.
Ø 12:1-44 :Pengajaran
Yesus di Yerusalem.
Ø 13:1-37 :Kotbah
Apokaliptik
Ø 14:1-72 :Rencana
pembunuhan terhadap Yesus.
Ø 15:1-47 :Pengadilan
dan kematian Yesus.
Ø 16:1-20 :Kebangkitan
Yesus.”[19]
Sumber
dan Tradisi
Menurut tradisi yang berkembang kebanyakan
para ahli setuju mengatakan bahwa Injil Markus adalah Injil yang tertua dari ke
tiga Injil Sinoptik, dengan analisa bahwa:
Ø
Isi dan injil Markus disalin oleh Matius dan
Luka. Teks yang terbaik dari Markus berisi 661 ayat, ada 610 aayat yang
parallel dengan Matius daan Lukas. Secara proporsi yang luas, isi Markus
kira-kira 88 paragraf, dan hanya tiga paragraph yang tidak ada dalam matius dan
Lukas yaitu : Mrk. 4:26-29;7:32-37;8:22-26.
Ø
Lukas dan Matius ada meniru kerangka atau garis
besar Markus.
Ø
Ketiga Injil ini menceritakan cerita Passion yang
sama secara terperinci yang memiliki kemiripan susunan kata-kata dan kalimat
yang sama.
Ø
Bahasa yang digunakan dalam ketiga injil sagat identik dimana
terdapat kata-kata pararel di dalam ayat-ayat ketiganya, serta memuat 55 %
bahasa Lukas yang berada di dalam Injil Markus, dan hampir 69% adalah kutipan
dari kata-kata Yesus serta kata-kata Matius ada 59 % di dalam kata-kata Markus.
Ø
Adanya pemakaian bahasa yang tidak biasa
(bersesuian) yang sangat banyak sehingga terlihat bahwa kitab Lukas dan Matius
tergantung kepada Markus secara komplit.
Ø Markus diakui sebagai middle term,dimana ada persesuaian Lukas dengan Markus sebanyak
55%, persesuaian Lukas kepada Matius sebanyak 42% dan persesuaian markus kepada
keduanya yang hamper tidak ada, kemungkinan hanya 6%. Hal ini membuat secara nyata bahwa Markus
diterima sebagai “middle term”[20]
Kitab Markus dipengaruhi oleh sumber Q (Quelle).
Selain itu sumber Q juga adalah bahan yang Matius dan Lukas punyai bersama dan
yang tidak mereka ambil-alih dari Markus. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatika hal-hal
berikut ini, yaitu: Ada nats-nats dalam markus dan dalam Q yang pokoknya sama.
Misalnya tentang persolana, apakah Yesus mengusir setan-setan dalam nama si
Iblis (atau Beelzebul). Hal ini termuat di Markus 3:22-27 dan juga di Matius
12:22-30 sert Lukas 11:14-23. Jika dibandingkan nats-nats ini, maka pokok ini
nyatanya muncul, baik di dalam Markus maupun dalam Q.[21]
[1] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm.172
[2] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008:
hlm.208-209
[3] M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta
2008: hlm. 53
[4] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 254
[5]
B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, BPK-Gunung
Mulia, Jakarta 2006: hlm. 17-18
[6] John
Drane, Op.Cit., hlm. 209-210
[7]
Lih. Willi Marxsen, Op.Cit., hlm.173
[8] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 20064:
hlm. 133
[9] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung
Mulia, Jakarta 20099: hlm. 162-164
[10] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, hlm. 165-166
[11] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, hlm. 166-167
[12] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar
historis-teologis, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099: hlm. 210
[13]
John Drane, Memahami Perjanjian Baru:
Pengantar historis-teologis, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099:
hlm. 211
[14] William L. Lane , The
Gospel according to Mark , Volume 2 of The new international
commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing, 1974: hlm. 300
– 303
[15] A.M. Hunter, Memperkenalkan Theologia Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta
1990: hlm. 134-136
[16] lih. Dewi Sri Sinaga, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru Jilid I, Diktat STT HKBP,
Pematangsiantar 2004: hlm.42-43
[17] bnd. F.F.Bruce, Dokumen-Dokumen Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2006:
hlm. 34
[18]
bnd. John Drane, Op.Cit: hlm. 209
[19] Dewi Sri Sinaga, Op.Cit., hlm. 42-43
[20] bnd.
Ibid., hlm.36
[21] bnd. B.F.Drewes, Op.Cit., hlm.20-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar