"Tangiang ni damang dohot dainang"

"Tangiang ni damang dohot dainang"
Sai diramoti Tuhanta ma hamu among dohot hamu inong, mansai denggan pambahenan muna tu hami angka ianakhon muna on.

Minggu, 21 September 2014

INJIL LUKAS

INJIL MARKUS

Penulis
Berdasarkan tradisi gerejalah yang mengatakan penulis dari kitab injil Markus ini adalah Yohanes Markus.[1] Namun, ternyata ada juga pendapat yang menolak  penulis kitab Markus adalah Yohanes Markus dengan mengatakan bahwa tidak mungkin Yohanes Markus sebagai penulis yang sebenarnya dari kitab ini. Dalam buku memahami Perjanjian Baru, tidaklah mungkin seorang biasa dalam PB dikaitkan dengan penulisan kitab ini. Hal itu ditinjau atas dasar bahwa dia tidak hidup pada zaman itu, juga hal ini ditentang berdasarkan tokoh-tokoh jemaat mula-mula.[2] Sehingga dapat dikatakan bahwa penulis dari kitab markus adalah Yohanes Markus yang disebut dengan markus, berdasarkan kabar tertua mengenai penulis diperoleh dari Papias, melalui Eusebius, beginilah catatannya, “Markus, juru bahasa Petrus, menuliskan dengan teliti, tetapi tidak dengan menurut urutannya, karena dapat dikatakan bahwa Markus tidak langsung mendengar dari Tuhan dan tidak mengikuti Dia, tetapi dia hanya mendengar dan mengikuti Petrus berdasarkan perkataan Tuhan”.[3] Dikatakan juga berdasarkan tradisi bahwa penulis kitab ini adalah Yohanes Markus dalam 1 Petrus 5 : 13.[4] Penulis Markus berasal dari sebuah keluarga yang kaya, karena ibunya memiliki rumah dan budak dan rumahnya merupakan pusat jemaat Kristen di Yerusalem (Kis 12:12). Menurut tradisi jemaat purba, pengarang Injil Markus adalah Yohanes Markus dan juga berdasarkan nats berikut ini: Kis 12:25; 13:5,13; 15:37-39 dan Kol 4:10. Hayes, mengatakan Markus adalah seorang anak yang sangat manja dari seorang janda yang kaya. Barnabas, saudara sepupunya kemungkinan juga seorang yang kaya karena ia menjual ladangnya dan memberikannya kepada rasul-rasul. Markus rupanya dibesarkan di dalam lingkungan yang menggabungkan kebudayaan dan agama. Ia mulai melakukan penginjilan melalui Barnabas, setelah perjalanannya ke Yerusalem bersama Paulus. Ketika Paulus dan Barnabas melakukan misinya yang pertama, markus ikut bersama mereka sebagai murid yang membantu.

Tempat dan Waktu
Banyak para ahli Perjanjian Baru menerima Markus sebagai penginjil, tetapi ada juga yang meragukannya. Beberapa ahli mengatakan Injil Markus itu disusun di kota Roma, mereka menunjuk antara lain kepada Markus 12:42, dimana kita baca dua peser, yang istilah hanya dimengerti di kota Roma. Ada yang mengatakan injil ini ditulis sebelum hancurnya Yerusalem tahun 70M. Injil Markus dialamatkan kepada orang-orang kafir di Roma. Markus adalah juga seorang ahli bahasa dan sangat memahami Perjanjian Lama sebab banyak menggunakan istila bahasa latin misalnya: Mark 1:42; 12:14; 15:39; 15:36.[5] Untuk waktu penulisan kitab ini, tidaklah mudah dalam menetapkannya. Hal itu disebabkan berbagai alasan:[6]
Ø  “Adanya pertentangan yang terjadi antara bapak-bapak gereja kita dahulunya. Pertentangannya yaitu Clemens dari Aleksandria mengatakan bahwa markus menulis kitab injil berdasarkan pendiktean Petrus, sedangkan Ireneus berkata bahwa kitab injil ditulis setelah kematian Petrus maupun Paulus”.
Ø  “Adanya praduga atau perkiraan tentang kesengsaraan dan penganiayaan yang sering disebut dalam injil Markus menyatakan pada masa itu merupakan masa yang sulit bagi pembacanya dimana para pembacanya sedang ditindas oleh karena iman mereka kepada Kristus.
Waktu penulisan dari kitab ini sekitar tahun 67-69 M. Atau dengan penjelasan yang lainnya kita juga akan menemukan waktu penulisan dari injil itu sendiri kita tidak memperoleh keterangan, kecuali yang berikut ini mungkin dapat dipakai sebagai pegangan, yaitu pembinasaan kota Yerusalem dipandang selaku hal yang masih akan terjadi. Hal penulisan Injil ini dikatakan pada tahun yang demikian dengan alasan tertentu. Alasannya ditinjau dari kematian Petrus, kita ketahui bahwa Petrus meninggal diantara tahun 64-70 M.[7]

Tujuan Penulisan
Menurut Markus sendiri bahwa Yesus tidak dapat mengerjakan perbuatan-perbuatan besar di Nazaret, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dimana kisah itu berakhir dengan rasa heran Yesus akan ketidakpercayaan orang-orang sekampung halamanNya. Hal ini merupakan bahwa Yesus yang bersifat sangat manusia yang mengalami penolakan sebagaimana semua orang dengan cara tertentu pasti pernah mengalami.[8] Beberapa tema yang terkandung di dalam Injil Markus ini, yaitu:
·         Ternyata dapat kita temukan adanya kisah sebelum Markus yang disebut sebagai pra Markus, yaitu tentang berita kisah sengsara bahwa kisah sengsara Yesus mempunyai maksud yang sama dengan Injil Markus secara keseluruhan.[9]
·         Dalam Injil Markus memiliki gagasan yang berhubungan dengan euangelion, bahwa apa yang dilakukan oleh setiap orang merupakan hanya untuk Injil karena Yesus sendiri merupakan isi Injil dan karena Injillah yang menghadirkan Yesus.[10]
·         Dapat dikatakan bahwa Galilea merupakan tempat yang menjadi acuan Injil Markus, dimana Yesus melayani.[11] Injil Markus ini memiliki hubungan dengan Petrus yang mana telah disinggung dalam tradisi-tradisi Purba, sehingga penulis injil Markus ini berkeinginan untuk memelihara cerita-cerita Petrus sebagai kesaksian yang langgeng bagi jemaat.
Injil Markus ini juga ditulis dengan tujuan untuk mengingat suatu situasi khusus sejumlah aspek yang menonjol dan khusus tentang potret Yesus di dalam Injil Markus.[12] Injil Markus ini merupakan ralat terhadap gagasan dari banyak orang Kristen yang merasa sulit untuk menyesuaikan keyakinan tentang keilahian Yesus dengan kenyataan bahwa Ia juga sebagai manusia sepenuhnya. Mereka menyatakan bahwa Kristus yang ilahi itu hanya datang ke dalam Yesus yang manusiawi pada waktu baptisanNya dan telah meninggalkanNya pada waktu sebelum penyaliban. Orang yang berpandangan seperti ini dapat dikatakan sebagai dosetis, sebab mereka beranggapan bahwa Yesus hanya kelihatan sebagai manusia (dari kata kerja Yunani dokeo=menyerupai).[13]
Pada "Penderitaan Mesias" merupakan pusat penggambaran Markus tentang Yesus, teologi dan struktur Injil. Pengetahuan ini tersembunyi dan hanya orang-orang dengan wawasan spiritual dapat melihat. Konsep pengetahuan tersembunyi mungkin telah menjadi dasar dari Injil Gnostik .[14] John Killinger, dengan alasan bahwa, dalam Markus, rekening kebangkitan yang tersembunyi di seluruh Injil daripada di akhir, berspekulasi bahwa penulis Markus mungkin dirinya telah seorang Gnostik Kristen.
Injil Markus ini berisikan beberapa teologi yaitu suatu teologi keselamatan, teologi pemberitaan, serta teologi penebusan, Kelahiran Yesus yang sudah diceritakan mulai dari awal yang menyatakan suatu penyelamatan serta akan semakin hebat pemberitaannya. Yesus diceritakan sebagai penyelamat umat manusia dari segala dosa yang tidak terbatas bagi setiap kehidupan. Markus juga bertujuan agar setiap pembaca mengerti akan setiap pengorbanan yang telah diberikan oleh Yesus melalui kematian-Nya di kayu salib, hendaklah kita mampu untuk menjadi yang terbaik bagi sesama kita, dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun. Kelahiran manusia merupakan suatu gambaran kelahiran yang baru yang mana telah diberikan oleh Allah sebagai wujud dari Firman Allah karena Allah merupakan berkuasa serta pemberi keselamatan atas ciptaanNya.[15]




Penerima dan Pembaca
Secara umum, injil Markus ditulis di Roma, umtuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat di kota tersebut. Irenius dan Clements   setuju bahwa kitab itu ditulis di Roma. Kitab injil Markus ditulis bagi para pembaca bukan Yahudi.[16] Menurut  Bruce Injil Markus awalnya dituliskan untuk masyarakat Kristen di kota Roma pada awal tahun enam puluh abad pertama akan tetapi Injil Markus ini cepat beredar luas di seluruh Gereja.[17]
Ungkapan-ungkapan bahasa Aram yang digunakan seperti talita kum atau efata (Mrk. 5:41; 7:34) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani demi kepentingan para pembaca Markus. Kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi juga diterangkan sedemikan rupa sehingga member kesan bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak dikenal (Mrk.7:3-4). Selanjutnya ada sejumlah istilah teknis bahasa Latin dalam Injil Markus ini (4:21; 12:42; 14:65; 15:19) yang member kesan bahwa kitab Injil tersebut berasal dari suatu bagian kekaisaran Roma di mana dipakai bahasa Latin.[18]
Pembagian Injil Markus
“Adapun pembagian dan susunan penulisan dari kitab Markus adalah sebagai berikut:
Ø    1:1-13              :Pendahuluan yang berisikan pekerjaan Yohanes Pembabtis,                                     pembabtisan Yesus, dan pencobaan di padang gurun.
Ø    1:15-45            :Panggilan murid-murid yang pertama dan peristiwa Sabat di                                                Kapernaum.
Ø    2:1-38              :Awal penentangan terhadap Yesus.
Ø    3:1-35              :Pengutusan ke 12 murid dan penentangan terhadap Yesus.
Ø    4:1-35              :Perumpamaan-perumpamaan Yesus
Ø    5:1-43              : Penampakan karya dan kuasa Yesus.
Ø    6:1-30              :Penolakan Yesus di Nazaret dan pengutusan ke-12 murid.
Ø    7:1-37              :Perselisihan paham tentang adat-istiadat Yahudi.
Ø    8:1-31              :Penderitaan dan kematian Yesus
Ø    9:1-50              :Teguran dan peringatan terhadap orang Yahudi.
Ø    10:1-52            :Perjalanan Yesus menuju Yerusalem.
Ø    11:1-33            :Awal peristiwa-peristiwa di Yerusalem.
Ø    12:1-44            :Pengajaran Yesus di Yerusalem.
Ø    13:1-37            :Kotbah Apokaliptik
Ø    14:1-72            :Rencana pembunuhan terhadap Yesus.
Ø    15:1-47            :Pengadilan dan kematian Yesus.
Ø    16:1-20            :Kebangkitan Yesus.”[19]

Sumber dan Tradisi
Menurut tradisi yang berkembang kebanyakan para ahli setuju mengatakan bahwa Injil Markus adalah Injil yang tertua dari ke tiga Injil Sinoptik, dengan analisa bahwa:
Ø  Isi dan injil Markus disalin oleh Matius dan Luka. Teks yang terbaik dari Markus berisi 661 ayat, ada 610 aayat yang parallel dengan Matius daan Lukas. Secara proporsi yang luas, isi Markus kira-kira 88 paragraf, dan hanya tiga paragraph yang tidak ada dalam matius dan Lukas yaitu : Mrk. 4:26-29;7:32-37;8:22-26.
Ø  Lukas dan Matius ada meniru kerangka atau garis besar Markus.
Ø  Ketiga Injil ini menceritakan cerita Passion yang sama secara terperinci yang memiliki kemiripan susunan kata-kata dan kalimat yang sama.
Ø  Bahasa yang digunakan  dalam ketiga injil sagat identik dimana terdapat kata-kata pararel di dalam ayat-ayat ketiganya, serta memuat 55 % bahasa Lukas yang berada di dalam Injil Markus, dan hampir 69% adalah kutipan dari kata-kata Yesus serta kata-kata Matius ada 59 % di dalam kata-kata Markus.
Ø  Adanya pemakaian bahasa yang tidak biasa (bersesuian) yang sangat banyak sehingga terlihat bahwa kitab Lukas dan Matius tergantung kepada Markus secara komplit.
Ø   Markus diakui sebagai middle term,dimana ada persesuaian Lukas dengan Markus sebanyak 55%, persesuaian Lukas kepada Matius sebanyak 42% dan persesuaian markus kepada keduanya yang hamper tidak ada, kemungkinan hanya 6%. Hal ini membuat secara nyata bahwa Markus diterima sebagai “middle term”[20]
Kitab Markus dipengaruhi oleh sumber Q (Quelle). Selain itu sumber Q juga adalah bahan yang Matius dan Lukas punyai bersama dan yang tidak mereka ambil-alih dari Markus. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatika hal-hal berikut ini, yaitu: Ada nats-nats dalam markus dan dalam Q yang pokoknya sama. Misalnya tentang persolana, apakah Yesus mengusir setan-setan dalam nama si Iblis (atau Beelzebul). Hal ini termuat di Markus 3:22-27 dan juga di Matius 12:22-30 sert Lukas 11:14-23. Jika dibandingkan nats-nats ini, maka pokok ini nyatanya muncul, baik di dalam Markus maupun dalam Q.[21]


[1] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm.172
[2] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm.208-209
[3] M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 53
[4] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 254
[5] B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 17-18
[6] John Drane, Op.Cit., hlm. 209-210
[7] Lih. Willi Marxsen, Op.Cit., hlm.173
[8] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 20064: hlm. 133
[9] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099: hlm. 162-164
[10] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, hlm. 165-166
[11] Lih. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, hlm. 166-167
[12] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099: hlm. 210
[13] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 20099: hlm. 211
[14]  William L. Lane , The Gospel according to Mark , Volume 2 of The new international commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing, 1974: hlm. 300 – 303
[15] A.M. Hunter, Memperkenalkan Theologia Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1990: hlm. 134-136
[16] lih. Dewi Sri Sinaga, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru Jilid I, Diktat STT HKBP, Pematangsiantar 2004: hlm.42-43
[17] bnd. F.F.Bruce, Dokumen-Dokumen Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 34
[18] bnd. John Drane, Op.Cit: hlm. 209
[19] Dewi Sri Sinaga, Op.Cit., hlm. 42-43
[20] bnd. Ibid., hlm.36
[21] bnd. B.F.Drewes, Op.Cit., hlm.20-21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar